
biztelegraph.com, 2 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Pendahuluan
Tiongkok telah menjelma menjadi kekuatan teknologi global dalam beberapa dekade terakhir, mengubah persepsi dunia dari negara agraris yang miskin menjadi pemimpin dalam inovasi digital, kecerdasan buatan (AI), transportasi, energi terbarukan, dan banyak sektor lainnya. Perkembangan pesat teknologi Tiongkok tidak hanya terlihat dari pencapaian seperti jaringan kereta api cepat terpanjang di dunia atau dominasi pasar kendaraan listrik (EV), tetapi juga dari kemampuan negara ini untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti pembayaran berbasis pengenalan wajah dan kota pintar (smart cities). Pada 2025, Tiongkok terus memimpin dalam riset AI, teknologi baterai, dan infrastruktur digital, bahkan melampaui beberapa negara maju seperti Amerika Serikat di sektor tertentu.
Artikel ini menyajikan analisis profesional, lengkap, dan rinci tentang perkembangan teknologi di Tiongkok, dengan fokus pada bidang utama inovasi, faktor-faktor yang mendorong kemajuan ini, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap ekonomi global dan hubungan dengan Indonesia. Dengan mengintegrasikan data terbaru, wawasan akademis, dan perspektif dari sumber terpercaya, artikel ini bertujuan memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana Tiongkok menjadi raksasa teknologi dunia.
Konteks Sejarah: Transformasi Tiongkok dari Negara Agraris ke Pemimpin Teknologi
Era Pra-Reformasi (1949–1978) 
Setelah proklamasi Republik Rakyat Tiongkok pada 1949 di bawah Mao Zedong, Tiongkok mengadopsi ekonomi terpusat yang berfokus pada pertanian dan industri berat. Pada 1970-an, Tiongkok masih merupakan negara miskin dengan infrastruktur terbatas. Seorang delegasi Indonesia yang mengunjungi Beijing pada masa itu menggambarkan kota tersebut penuh dengan “bus kota reyot” dan minim kendaraan modern. Pedagang lokal bahkan terkagum-kagum dengan kalkulator sederhana yang dibawa pengunjung dari Amerika Serikat, menunjukkan keterbatasan teknologi saat itu.
Kebijakan Mao yang anti-kapitalis membatasi investasi asing dan inovasi teknologi, menyebabkan kemiskinan meluas, angka harapan hidup rendah, dan akses pendidikan terbatas. Meskipun demikian, Tiongkok memiliki warisan inovasi kuno, seperti Empat Penemuan Besar (kertas, percetakan, kompas, dan bubuk mesiu), yang menjadi fondasi kebangkitan teknologi di masa depan.
Reformasi Ekonomi Deng Xiaoping (1978–1990-an) 
Titik balik terjadi pada 1978 ketika Deng Xiaoping meluncurkan kebijakan Reformasi dan Keterbukaan (Gaige Kaifang). Tiongkok mulai membuka diri terhadap investasi asing, membangun Zona Ekonomi Khusus (SEZ) seperti Shenzhen, dan memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Shenzhen, yang pada 1970-an hanyalah desa nelayan, bertransformasi menjadi pusat teknologi global dalam beberapa dekade.
Pada 1990-an, Tiongkok mulai berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan dan riset, meletakkan dasar bagi perkembangan teknologi digital. Perusahaan seperti Alibaba (didirikan 1999) dan Tencent (1998) muncul sebagai pelopor teknologi digital, diikuti oleh Huawei dan Xiaomi pada 2000-an. Dua dekade pertama reformasi difokuskan pada pembangunan SDM, yang memungkinkan Tiongkok melesat dalam inovasi pada abad ke-21.
Era Modern (2000–2025) 
Pada 2025, Tiongkok telah menjadi pemimpin dalam berbagai sektor teknologi. Menurut laporan World Digital Competitiveness Ranking 2023, Tiongkok berada di peringkat teratas dalam adopsi teknologi digital, didukung oleh kebijakan seperti Made in China 2025, yang menargetkan dominasi global dalam industri teknologi tinggi. Jaringan internet 10G terbaru, yang diluncurkan pada 2025 melalui kolaborasi Huawei dan China Unicom, memungkinkan transfer data hingga 1GB per detik, menempatkan Tiongkok di garis depan konektivitas global.
Bidang Utama Inovasi Teknologi Tiongkok
Berikut adalah bidang-bidang utama di mana Tiongkok mencatatkan perkembangan pesat, beserta contoh konkret dan dampaknya:
1. Kecerdasan Buatan (AI) 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok telah menjadi pemimpin global dalam riset dan penerapan AI. Pada 2025, DeepSeek, perusahaan AI Tiongkok, diklaim telah melampaui OpenAI dalam pengembangan model bahasa besar, menunjukkan kemajuan pesat dalam AI generatif. AI telah merambah hampir semua sektor kehidupan masyarakat Tiongkok, dari pendidikan hingga keuangan. Contohnya:
-
Pengenalan Wajah: Universitas seperti Universitas Sains dan Teknologi Huazhong menggunakan sistem pengenalan wajah untuk pendaftaran mahasiswa, absensi, dan bahkan memantau perilaku di kelas, menyelesaikan proses dalam 3 detik.
-
Keuangan Digital: Di pusat perbelanjaan dan pasar tradisional, pembayaran berbasis wajah telah menggantikan uang tunai, memungkinkan transaksi tanpa kartu atau ponsel.
-
Keamanan Publik: Sistem pengawasan berbasis AI, seperti Skynet, menggunakan jutaan kamera CCTV untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time.
Faktor Pendukung:
-
Investasi besar dalam riset AI, dengan Tiongkok menyumbang 9 dari 10 riset sains teratas dunia pada 2025.
-
Kolaborasi penta helix antara pemerintah, universitas, dan industri, seperti yang diterapkan oleh TUBITAK di sektor bioteknologi.
-
Data populasi besar (1,4 miliar jiwa) yang mendukung pelatihan model AI.
Dampak:
-
Positif: Meningkatkan efisiensi di sektor pendidikan, kesehatan, dan perdagangan. Misalnya, AI membantu diagnosis medis lebih cepat di rumah sakit.
-
Negatif: Menimbulkan kekhawatiran privasi akibat pengawasan massal dan potensi penyalahgunaan data.
2. Transportasi dan Infrastruktur 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok memimpin dunia dalam infrastruktur transportasi, khususnya kereta api cepat (KAC). Pada 2022, jaringan KAC Tiongkok mencapai 42.000 km, menghubungkan lebih dari 550 kota, dibandingkan hanya 120 km pada 2008. Contoh inovasi meliputi:
-
Kereta Api Cepat Beijing-Tianjin: Diluncurkan untuk Olimpiade 2008, menempuh 120 km dalam 33 menit.
-
Kereta Maglev 1000 km/jam: Pada 2025, Tiongkok sedang mengembangkan kereta dengan kecepatan hingga 1000 km/jam, menggunakan teknologi levitasi magnetik.
-
Transit Elevated Bus: Diperkenalkan pada 2018, bus ini dirancang untuk mengangkut 1200 penumpang sambil memungkinkan kendaraan lain melintas di bawahnya.
Faktor Pendukung:
-
Dukungan pemerintah melalui investasi besar dan perencanaan jangka panjang, seperti Belt and Road Initiative (BRI), yang memfasilitasi ekspor teknologi transportasi.
-
Transfer teknologi ke negara lain, seperti proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang melibatkan pelatihan tenaga kerja lokal dan pengalihan teknologi slab track.
-
Etos kerja tinggi dan profesionalisme tenaga kerja Tiongkok, yang memungkinkan proyek besar selesai tepat waktu.
Dampak:
-
Positif: Mengurangi waktu perjalanan, meningkatkan konektivitas, dan mendukung pertumbuhan ekonomi. KCJB, misalnya, menyerap tenaga kerja lokal di Indonesia.
-
Negatif: Biaya pembangunan yang tinggi dan dampak lingkungan, seperti deforestasi untuk jalur kereta.
3. Kendaraan Listrik (EV) dan Teknologi Baterai 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok mendominasi pasar EV global, dengan perusahaan seperti BYD mengalahkan Tesla dalam penjualan pada 2024. Inovasi terbaru meliputi:
-
Baterai Jarak Jauh: Pada 2025, baterai EV Tiongkok diklaim mampu menempuh jarak hingga 1500 km dengan sekali pengisian, jauh melampaui standar global.
-
Pengisian Cepat: Teknologi pengisian penuh dalam 10 menit sedang dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur pengisian.
-
Baterai Litium-Ion: CATL, produsen baterai Tiongkok, menguasai pasar global dengan pangsa lebih dari 50%.
Faktor Pendukung:
-
Subsidi pemerintah untuk EV dan infrastruktur pengisian, seperti jalan tol bertenaga surya sepanjang 161 km yang mengisi daya kendaraan listrik.
-
Investasi swasta yang besar, didukung oleh kebijakan Made in China 2025.
-
Rantai pasok baterai yang kuat, dengan Tiongkok menguasai 80% pasar panel surya dan bahan baku litium.
Dampak:
-
Positif: Mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
-
Negatif: Eksploitasi sumber daya seperti litium dan kobalt menimbulkan dampak lingkungan dan sosial di negara penambang.
4. Teknologi Digital dan E-Commerce 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok telah menciptakan ekosistem digital yang hampir sepenuhnya cashless. Transaksi di kota-kota besar dilakukan melalui aplikasi seperti WeChat dan Alipay, bahkan di pasar tradisional. Contoh inovasi:
-
Alibaba dan Tencent: Alibaba menguasai e-commerce global, melampaui Amazon dalam beberapa metrik, sementara WeChat mengintegrasikan pembayaran, media sosial, dan layanan publik dalam satu platform.
-
TikTok: Aplikasi milik ByteDance ini mendominasi media sosial global, melampaui Instagram dalam jumlah pengguna aktif. Di Indonesia, TikTok menjadi fenomena dengan rating 4,6 di toko aplikasi.
-
Blockchain: Tiongkok memimpin dalam penerapan blockchain untuk transaksi transparan di sektor keuangan, kesehatan, dan logistik.
Faktor Pendukung:
-
Infrastruktur digital yang merata, didukung oleh jaringan 5G dan 10G terbaru.
-
Populasi besar yang menciptakan pasar domestik besar untuk menguji dan menskalakan inovasi.
-
Kebijakan pemerintah yang mendukung startup teknologi melalui insentif pajak dan pendanaan.
Dampak:
-
Positif: Meningkatkan akses ke layanan digital dan menciptakan lapangan kerja di sektor teknologi.
-
Negatif: Ketimpangan digital antara kota dan pedesaan, serta risiko kebocoran data pribadi.
5. Teknologi Kelautan dan Observasi 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok telah mengembangkan teknologi kelautan canggih untuk eksplorasi dan pengelolaan sumber daya laut. Contohnya:
-
Instrumen Observasi: Tiongkok memasang 87 instrumen observasi Argos di laut, dibandingkan hanya 1 dari Indonesia, mendukung data real-time untuk prediksi cuaca dan fenomena kelautan.
-
Alat Eksplorasi Bawah Laut: Peralatan Tiongkok dapat mencapai kedalaman 6000 meter, digunakan untuk penelitian geologi dan sumber daya laut.
-
Smart Ocean Program: Program ini melatih mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, dalam pemrosesan data kelautan menggunakan perangkat lunak seperti MATLAB dan ArcMap.
Faktor Pendukung:
-
Pendanaan pemerintah yang besar untuk riset kelautan, dengan fokus pada Global Ocean Observation System (GOOS).
-
Kolaborasi internasional, seperti Summer Course Smart Ocean Program di Tianjin University.
Dampak:
-
Positif: Meningkatkan pemahaman tentang laut dan mendukung kebijakan berbasis data.
-
Negatif: Ketegangan geopolitik di Laut China Selatan akibat aktivitas eksplorasi Tiongkok.
6. Energi Terbarukan dan Pengelolaan Limbah 
Konteks dan Inovasi: Tiongkok memimpin dunia dalam energi terbarukan, khususnya panel surya (pangsa pasar 80%) dan pembangkit limbah. Contoh inovasi:
-
Zhenzen East Waste-to-Energy Plant: Pembangkit limbah terbesar di dunia, mampu mengelola 5000 ton sampah per hari menjadi plastik daur ulang.
-
Panel Surya: Tiongkok menghasilkan panel surya dengan biaya rendah, mendukung transisi energi global.
Faktor Pendukung:
-
Kebijakan lingkungan yang agresif, seperti target netral karbon pada 2060.
-
Skala produksi besar yang menekan biaya panel surya dan teknologi energi lainnya.
Dampak:
-
Positif: Mengurangi polusi dan mendukung keberlanjutan global.
-
Negatif: Produksi panel surya menghasilkan limbah kimia yang sulit dikelola.
Faktor-Faktor Pendukung Perkembangan Teknologi Tiongkok
Perkembangan pesat teknologi Tiongkok tidak terjadi secara kebetulan, melainkan didorong oleh kombinasi faktor strategis:
1. Investasi dalam Pendidikan dan SDM
Tiongkok memprioritaskan pendidikan sejak reformasi 1978, menghasilkan tenaga kerja terampil dalam sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Pada 2019, Tiongkok menarik setengah juta pelajar asing, termasuk dari Indonesia, untuk belajar di universitasnya, dengan fokus pada teknologi. Sistem pendidikan yang ketat dan etos kerja tinggi, seperti yang digambarkan sebagai “tidak mengenal jam kerja,” menjadi keunggulan kompetitif.
2. Kebijakan Pemerintah dan Perencanaan Jangka Panjang
Pemerintah Tiongkok memainkan peran sentral melalui kebijakan seperti:
-
Made in China 2025: Menargetkan dominasi di 10 industri teknologi tinggi, termasuk AI, robotika, dan EV.
-
Belt and Road Initiative (BRI): Memperluas pengaruh teknologi Tiongkok ke negara lain, termasuk Indonesia melalui proyek seperti KCJB.
-
Digitalisasi Nasional: Program desa digital sejak 2006 dan Strategi Ekonomi Digital mempercepat adopsi teknologi di sektor pertanian dan perkotaan.
3. Kolaborasi Penta Helix
Tiongkok menerapkan model kolaborasi antara pemerintah, universitas, industri, masyarakat, dan media, menciptakan ekosistem inovasi yang efisien. Contohnya, Huawei bekerja sama dengan universitas untuk riset 5G, sementara Alibaba berkolaborasi dengan pemerintah lokal untuk membangun kota pintar.
4. Skala Pasar dan Populasi Besar
Dengan populasi 1,4 miliar jiwa, Tiongkok memiliki pasar domestik besar untuk menguji dan menskalakan teknologi. Ini memungkinkan perusahaan seperti TikTok dan Alibaba berkembang cepat sebelum ekspansi global.
5. Investasi Riset dan Pengembangan (R&D)
Tiongkok mengalokasikan lebih dari 2,5% PDB untuk R&D, salah satu yang tertinggi di dunia. Pada 2025, universitas Tiongkok mendominasi 9 dari 10 riset sains teratas dunia, terutama di bidang AI dan teknologi chip.
Tantangan dalam Perkembangan Teknologi Tiongkok
Meskipun sukses, Tiongkok menghadapi beberapa tantangan:
1. Ketegangan Geopolitik
Dominasi teknologi Tiongkok, terutama di 5G dan AI, memicu kekhawatiran di Barat. Huawei, misalnya, dilarang di beberapa negara karena dugaan risiko keamanan. Ketegangan di Laut China Selatan juga terkait dengan aktivitas eksplorasi kelautan Tiongkok.
2. Privasi dan Pengawasan
Penggunaan AI untuk pengawasan massal, seperti Skynet, menimbulkan kritik atas pelanggaran privasi. Sistem kredit sosial, yang memantau perilaku warga, juga kontroversial di mata internasional.
3. Ketimpangan Digital
Meskipun kota-kota besar seperti Beijing dan Shenzhen sangat maju, daerah pedesaan masih tertinggal dalam akses teknologi, menciptakan kesenjangan digital.
4. Dampak Lingkungan
Produksi teknologi, seperti panel surya dan baterai EV, menghasilkan limbah kimia dan membutuhkan eksploitasi sumber daya yang intensif, menimbulkan tantangan keberlanjutan.
Dampak Global dan Hubungan dengan Indonesia
Dampak Global
-
Ekonomi: Tiongkok menguasai rantai pasok global untuk teknologi seperti panel surya, baterai, dan drone (75% pangsa pasar global). Ini memperkuat posisi Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi.
-
Konkurensi: Perusahaan Tiongkok seperti BYD, Huawei, dan Alibaba mengalahkan raksasa Barat seperti Tesla, Apple, dan Amazon di beberapa sektor, memicu persaingan teknologi global.
-
Inovasi: Teknologi Tiongkok, seperti kereta api cepat dan AI, diekspor ke negara berkembang melalui BRI, meningkatkan konektivitas dan pembangunan.
Hubungan dengan Indonesia
Tiongkok memiliki hubungan teknologi yang kuat dengan Indonesia, terutama melalui:
-
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB): Proyek ini melibatkan transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja lokal, meningkatkan kapasitas Indonesia dalam infrastruktur.
-
Investasi Perusahaan Tiongkok: Perusahaan seperti Oppo, Vivo, Xiaomi, dan TikTok berinvestasi besar di Indonesia, menciptakan lapangan kerja dan mendorong adopsi teknologi digital.
-
Pendidikan dan Kolaborasi: Program seperti Summer Course Smart Ocean Program di Tianjin University melibatkan mahasiswa Indonesia, memperkuat kapasitas SDM teknologi.
-
Bahasa Mandarin: Perkembangan ekonomi Tiongkok meningkatkan minat belajar bahasa Mandarin di Indonesia untuk peluang karir di perusahaan Tiongkok.
Namun, hubungan ini juga menghadapi tantangan, seperti kekhawatiran atas ketergantungan teknologi Tiongkok dan persaingan dengan tenaga kerja lokal. Indonesia perlu mempercepat transformasi digitalnya, belajar dari Tiongkok dalam hal infrastruktur dan SDM, untuk menghindari jebakan negara berpendapatan menengah.
Studi Kasus: Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)
Konteks: KCJB adalah proyek kolaborasi Tiongkok-Indonesia yang menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan kereta berkecepatan 350 km/jam, mengurangi waktu perjalanan dari 3 jam menjadi 40 menit. Proyek ini dibiayai oleh China Development Bank dan dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Inovasi:
-
Teknologi slab track Tiongkok, yang lebih tahan lama dibandingkan rel tradisional.
-
Sistem operasi berbasis AI untuk manajemen jadwal dan keamanan.
-
Transfer teknologi melalui pelatihan 5000 tenaga kerja Indonesia.
Dampak:
-
Ekonomi: Menciptakan 50.000 lapangan kerja selama konstruksi dan meningkatkan pariwisata di Bandung.
-
Sosial: Meningkatkan kebanggaan nasional Indonesia atas infrastruktur modern.
-
Tantangan: Biaya proyek yang membengkak (dari US$5,5 miliar menjadi US$7,2 miliar) dan dampak lingkungan akibat penggusuran lahan.
Pelajaran untuk Indonesia: KCJB menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dan investasi dalam SDM untuk mengadopsi teknologi canggih, tetapi juga perlunya pengelolaan anggaran yang transparan.
Kesimpulan
Perkembangan pesat teknologi Tiongkok pada 2025 adalah hasil dari perencanaan strategis, investasi besar dalam pendidikan dan R&D, kolaborasi penta helix, dan skala pasar yang besar. Dari AI dan kereta api cepat hingga EV dan teknologi kelautan, Tiongkok telah mengubah lanskap teknologi global, menantang dominasi Barat, dan memperluas pengaruhnya melalui inisiatif seperti BRI. Namun, tantangan seperti ketegangan geopolitik, privasi, dan dampak lingkungan tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi.
Bagi Indonesia, Tiongkok menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya infrastruktur digital, SDM terampil, dan kebijakan jangka panjang untuk transformasi teknologi. Proyek seperti KCJB dan investasi perusahaan Tiongkok menunjukkan potensi kolaborasi, tetapi Indonesia harus memastikan keseimbangan antara adopsi teknologi asing dan pengembangan kapasitas lokal untuk mencapai kemandirian teknologi. Seperti yang dikatakan oleh Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, “Perkembangan teknologi Tiongkok adalah hasil dari riset panjang dan fokus pada SDM, yang dapat kita contoh untuk kemajuan Indonesia.”
Dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan, Indonesia dapat belajar dari keberhasilan Tiongkok untuk membangun masa depan teknologi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisinya di panggung global.
Sumber:
-
Web: NU Online (Pendidikan di Tiongkok, 2024)
-
Web: DJKN Kemenkeu (Kemajuan Ekonomi Tiongkok, 2022)
-
Web: ITERA (Teknologi Kelautan Tiongkok, 2019)
-
Web: Labkom99 (AI di Tiongkok, 2020)
BACA JUGA: Perjalanan dan Sejarah Loudi: Idol K-Pop Pertama dari Indonesia
BACA JUGA: Perjalanan Karir Cristiano Ronaldo: Legenda Sepak Bola Dunia Dan Dalam Dunia Selebriti
BACA JUGA: Tips Ampuh Membangun Rasa Percaya Diri Sejati dan Perbedaannya dengan Percaya Diri Palsu