
biztelegraph.com, 12 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Pendahuluan
Turki, sebagai negara dengan posisi strategis di persimpangan Eropa, Asia, dan Timur Tengah, telah menunjukkan kemajuan pesat dalam pengembangan teknologi militer selama beberapa dekade terakhir. Dengan latar belakang sejarah militer yang kuat sejak era Kesultanan Utsmaniyah hingga Republik Turki modern, negara ini telah bertransformasi menjadi salah satu pemain utama di industri pertahanan global. Fokus utama Turki adalah mencapai kemandirian strategis dengan mengurangi ketergantungan pada pasokan asing, meningkatkan inovasi lokal, dan mengekspor produk pertahanan berteknologi tinggi. Artikel ini akan mengulas secara rinci perkembangan teknologi militer Turki, termasuk sejarah, proyek utama, kolaborasi internasional, tantangan, dan prospek masa depan.
Latar Belakang Sejarah
Era Kesultanan Utsmaniyah 
Sejarah teknologi militer Turki dapat ditelusuri hingga Kesultanan Utsmaniyah, yang dikenal sebagai salah satu kekuatan militer terbesar pada masanya. Pada abad ke-15, Utsmaniyah menggunakan meriam besar yang dirancang oleh insinyur Hongaria, Orban, untuk menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Korps Janissary, pasukan elit Utsmaniyah, juga menjadi pelopor penggunaan musket matchlock pada awal 1440-an, menunjukkan kemajuan awal dalam teknologi senjata api. Selain itu, kartografer dan laksamana Utsmaniyah, Piri Reis, menghasilkan peta dunia pada tahun 1513 yang menunjukkan akurasi luar biasa, termasuk gambaran awal Benua Amerika, yang mendukung navigasi dan strategi militer.
Pada abad ke-18, Utsmaniyah mulai memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan mendirikan sekolah teknik seperti Mühendishane-i Bahr-i Hümayun (Sekolah Insinyur Angkatan Laut Kekaisaran) pada tahun 1773, yang bertujuan melatih pembuat kapal dan kartografer. Sekolah ini berkembang pada abad ke-19 menjadi Universitas Teknik Istanbul (ITU), yang tetap menjadi pusat inovasi teknologi hingga kini.
Republik Turki dan Modernisasi Pasca-NATO
Setelah runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923, militer Turki mengalami transformasi besar di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk. Militer Turki memposisikan diri sebagai penjaga ideologi Kemalis, dengan fokus pada sekularisme dan modernisasi. Ketika Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952, negara ini memulai program modernisasi komprehensif untuk angkatan bersenjatanya, yang mencakup Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Modernisasi ini didorong oleh kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan standar NATO dan menghadapi ancaman regional, termasuk ketegangan dengan Uni Soviet selama Perang Dingin.
Pada tahun 1980-an, Turki memulai restrukturisasi kedua angkatan bersenjatanya, dengan fokus pada pengembangan industri pertahanan lokal. Pembentukan Komite Industri Pertahanan (SSB) pada tahun 1985 dan Yayasan Angkatan Bersenjata Turki (TAFF) pada tahun 1987 menjadi tonggak penting dalam membangun ekosistem industri pertahanan mandiri. TAFF, yang kini dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan, mendanai banyak proyek pertahanan, sementara SSB mengarahkan strategi pengembangan teknologi militer.
Pencapaian Teknologi Militer Modern 
Turki telah mencapai kemajuan signifikan dalam berbagai bidang teknologi militer, termasuk kendaraan lapis baja, pesawat nirawak (drone), kapal perang, rudal, dan sistem elektronik. Berikut adalah rincian pencapaian utama:
1. Pesawat Nirawak (Drone)
Turki telah menjadi salah satu pemimpin dunia dalam teknologi drone, khususnya melalui pengembangan drone tempur seperti Bayraktar TB2 dan ANKA-S. Drone Bayraktar TB2, yang diproduksi oleh Baykar (perusahaan yang didirikan oleh keluarga menantu Erdoğan, Selçuk Bayraktar), adalah drone jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang awalnya dirancang untuk pengintaian, tetapi kemudian dilengkapi dengan kemampuan serangan. Drone ini mampu membawa muatan hingga 55 kg, terbang hingga ketinggian 22.000 kaki, dan bertahan di udara selama 24 jam. Keberhasilan Bayraktar TB2 di medan perang, seperti konflik Suriah, Libya, dan Nagorno-Karabakh, telah menjadikan Turki sebagai salah satu produsen drone tempur terbaik di dunia, bersaing dengan Amerika Serikat (MQ-9 Reaper) dan China (CH-4).
Drone ANKA-S, yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI), juga telah terbukti efektif dalam konflik Suriah. Dengan jangkauan hingga 200 km, ANKA-S telah diekspor ke Tunisia, lengkap dengan transfer teknologi. Selain itu, drone AKINCI, yang juga diproduksi oleh Baykar, merupakan simbol keunggulan strategis Turki. AKINCI dilengkapi dengan sensor canggih, kemampuan terbang di ketinggian tinggi, dan jangkauan jauh, menjadikannya platform serbaguna untuk misi pengintaian dan serangan.
Keberhasilan drone Turki tidak hanya meningkatkan kemampuan militer nasional, tetapi juga memperkuat posisi Turki di pasar ekspor global. Negara-negara seperti Azerbaijan, Ukraina, dan Qatar telah membeli drone Turki, sementara minat juga datang dari Afrika dan Asia Tenggara.
2. Kendaraan Lapis Baja 
Turki telah mengembangkan sejumlah kendaraan lapis baja, termasuk tank dan kendaraan tempur infanteri. Salah satu proyek unggulan adalah tank medium Kaplan MT (Harimau), yang dikembangkan bersama Indonesia melalui kolaborasi antara FNSS (Turki) dan PT Pindad (Indonesia). Kaplan MT, yang resmi ditandatangani pada tahun 2015 dengan biaya proyek US$30 juta, dilengkapi dengan meriam tekanan tinggi Cockerill CT-CV 105 mm, turret modular dengan autoloader, dan sistem perlindungan aktif PULAT. Tank ini memiliki armor lambung modular STANAG 4569 level 4, yang mampu menahan amunisi Armor-Piercing pada jarak 200 meter, serta desain V-hull yang tahan terhadap ranjau anti-tank hingga 10 kg. Kaplan MT telah menarik minat dari negara-negara seperti Brunei, Ghana, dan Filipina.
Proyek tank lain adalah Altay, tank tempur utama (MBT) yang dirancang untuk menjadi tulang punggung Angkatan Darat Turki. Meskipun proyek ini menghadapi tantangan, terutama terkait pasokan mesin dari Jerman yang terhambat oleh embargo, Altay direncanakan untuk diproduksi secara massal pada akhir 2025.
3. Kapal Perang dan Sistem Angkatan Laut 
Turki juga telah mencapai kemajuan signifikan di sektor angkatan laut melalui program MILGEM (Milli Gemi), yang bertujuan menghasilkan kapal perang buatan dalam negeri. Kapal-kapal MILGEM, seperti korvet kelas Ada dan fregat kelas Istanbul, dilengkapi dengan sistem radar canggih, rudal anti-kapal, dan teknologi stealth. Program ini tidak hanya memperkuat Angkatan Laut Turki, tetapi juga meningkatkan ekspor, dengan Pakistan menjadi salah satu pembeli utama.
Selain itu, Turki telah mengembangkan solusi angkatan laut yang sebanding dengan sistem AEGIS Amerika Serikat, seperti yang ditunjukkan dalam kerja sama dengan Indonesia untuk program fregat Merah Putih. Kapal selam Turki, yang diproduksi oleh perusahaan seperti STM, juga memperkuat kemampuan maritim negara ini, dengan 13 kapal selam menempatkan Turki di peringkat 9 dunia untuk jumlah kapal selam.
4. Sistem Rudal dan Elektronika
Perusahaan seperti Roketsan dan Aselsan memimpin pengembangan sistem rudal dan elektronika militer Turki. Roketsan telah menghasilkan rudal seperti yang digunakan pada jet tempur F-35, serta rudal balistik jarak pendek dan menengah. Aselsan, yang berada di peringkat 48 di antara 100 produsen pertahanan global, mengkhususkan diri pada sistem elektronik, termasuk radar, sistem komunikasi, dan sistem perlindungan aktif.
Salah satu pencapaian penting adalah pengembangan rudal jarak jauh yang diuji dari pesawat dengan jangkauan hingga 275 km, menunjukkan kemampuan Turki dalam teknologi presisi.
5. Jet Tempur dan Teknologi Dirgantara 
Turki sedang mengembangkan jet tempur generasi kelima, KAAN, sebagai respons terhadap penangguhan kerja sama dengan AS dalam program F-35. KAAN, yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI), dirancang sebagai jet tempur siluman dengan teknologi canggih yang melebihi F-35 dalam beberapa aspek. Proyek ini menunjukkan ambisi Turki untuk menjadi mandiri dalam teknologi dirgantara.
Selain itu, Turki memiliki kemampuan satelit yang maju, dengan 9 satelit komunikasi, 7 satelit observasi bumi, dan 6 satelit eksperimental. Tiga satelit tambahan sedang dalam pengembangan, memperkuat kemampuan intelijen dan komunikasi militer.
Kolaborasi Internasional 
Turki aktif menjalin kerja sama internasional untuk mempercepat pengembangan teknologi militer. Salah satu contoh utama adalah kolaborasi dengan Indonesia untuk mengembangkan Kaplan MT, yang menunjukkan potensi transfer teknologi dan produksi bersama. Selain itu, Turki telah bekerja sama dengan Pakistan dalam program MILGEM dan dengan Azerbaijan dalam penggunaan drone Bayraktar TB2 selama konflik Nagorno-Karabakh.
Turki juga menjalin hubungan dengan negara-negara Eropa dan AS, meskipun hubungan ini sering terganggu oleh masalah politik, seperti embargo Jerman terhadap mesin tank Altay. Untuk mengatasi ketergantungan pada pemasok asing, Turki berupaya mengembangkan mesin lokal dan menjalin kemitraan dengan perusahaan seperti General Electric dan Rolls-Royce untuk proyek jet tempur TF-X.
Tantangan
Meskipun mencapai kemajuan besar, Turki menghadapi sejumlah tantangan dalam pengembangan teknologi militer:
-
Ketergantungan pada Komponen Asing: Proyek seperti tank Altay dan jet tempur TF-X terhambat oleh ketergantungan pada mesin impor. Embargo Jerman dan keterbatasan pasokan dari AS dan Inggris telah memperlambat kemajuan.
-
Keterbatasan Sumber Daya: Meskipun anggaran militer Turki mencapai US$18 miliar per tahun, dengan kemampuan belanja hingga US$118 miliar, negara ini masih harus bersaing dengan kekuatan militer besar seperti AS, Rusia, dan China, yang memiliki anggaran jauh lebih besar.
-
Tantangan Geopolitik: Kebijakan luar negeri Turki, termasuk operasi militer di Suriah dan Kurdi, telah memicu ketegangan dengan sekutu NATO, yang berdampak pada kerja sama teknologi.
-
Kesenjangan Teknologi: Meskipun unggul dalam drone dan kapal perang, Turki masih tertinggal dalam beberapa bidang, seperti teknologi hipersonik dan senjata energi terarah, yang didominasi oleh negara-negara seperti AS dan China.
Prospek Masa Depan
Turki memiliki visi ambisius untuk mencapai kemandirian penuh dalam industri pertahanan pada tahun 2023, bertepatan dengan peringatan 100 tahun Republik Turki. Presiden Erdoğan telah menegaskan bahwa 100% persenjataan Turki akan diproduksi di dalam negeri, sebuah target yang menantang namun menunjukkan komitmen kuat.
Beberapa prospek masa depan meliputi:
-
Ekspansi Ekspor: Dengan keberhasilan drone dan kapal perang, Turki berpotensi meningkatkan pangsa pasarnya di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
-
Inovasi Teknologi Tinggi: Investasi dalam AI, IoT, dan robotika akan memperkuat kemampuan militer Turki, terutama dalam perang hibrida dan siber.
-
Kemandirian Mesin: Pengembangan mesin lokal untuk tank, jet tempur, dan helikopter akan menjadi kunci untuk mengatasi embargo dan ketergantungan asing.
-
Peran Geopolitik: Dengan kekuatan militer yang semakin besar, Turki dapat memainkan peran lebih besar dalam menjaga stabilitas kawasan, seperti di Kaukasus, Timur Tengah, dan Afrika Timur.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi militer Turki mencerminkan kombinasi visi strategis, investasi besar, dan inovasi lokal. Dari drone tempur yang mendunia hingga kapal perang canggih dan kendaraan lapis baja, Turki telah menjelma menjadi kekuatan militer yang diperhitungkan. Meskipun menghadapi tantangan seperti ketergantungan pada komponen asing dan tekanan geopolitik, komitmen Turki untuk mencapai kemandirian strategis menjanjikan masa depan yang cerah. Dengan terus memperluas kolaborasi internasional dan berinvestasi dalam teknologi tinggi, Turki berpotensi menjadi salah satu pemimpin global dalam industri pertahanan, mengubah konsep perang dan konflik di abad ke-21.
BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial
BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern
BACA JUGA: Perjalanan Karir NewJeans: Dari Debut Sensasional hingga Bintang Dunia