
biztelegraph.com, 07 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Denmark, sebagai salah satu negara Nordik dengan sejarah militer yang kaya, telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memodernisasi angkatan bersenjatanya seiring perkembangan teknologi dan dinamika geopolitik global. Meskipun Denmark adalah negara kecil dengan populasi sekitar 5,8 juta jiwa dan luas wilayah yang terbatas, Angkatan Bersenjata Denmark (Forsvaret) memiliki reputasi sebagai kekuatan militer yang efisien, modern, dan mampu beroperasi dalam konteks internasional, terutama melalui kerja sama dengan NATO dan negara-negara sekutu. Artikel ini akan menguraikan secara detail perkembangan teknologi militer Denmark, dengan fokus pada transformasi teknologi di angkatan darat, laut, udara, dan siber, serta tantangan dan strategi yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan pertahanan modern.
Latar Belakang Sejarah dan Konteks Geopolitik
Denmark telah lama memainkan peran penting dalam keamanan regional Eropa, terutama sebagai anggota pendiri NATO pada 1949. Posisi geografis Denmark yang strategis, berada di dekat Selat Skagerrak dan Kattegat yang menghubungkan Laut Baltik dengan Laut Utara, menjadikannya kunci dalam mengamankan jalur maritim penting di Eropa Utara. Selain itu, Greenland dan Kepulauan Faroe, yang berada di bawah kedaulatan Denmark, memperluas tanggung jawab pertahanan Denmark hingga ke wilayah Arktik, di mana ketegangan geopolitik semakin meningkat akibat sumber daya alam dan jalur pelayaran baru.
Pada abad ke-21, Denmark menghadapi ancaman baru, seperti perang siber, ancaman hibrida, dan ketegangan di kawasan Arktik, yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan investasi dalam teknologi militer. Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pengeluaran militer Denmark meningkat secara signifikan sejak 2014, dengan anggaran pertahanan mencapai sekitar 2% dari PDB pada 2025, sejalan dengan target NATO. Peningkatan ini didorong oleh kebutuhan untuk mengimbangi kemajuan teknologi militer global dan ancaman dari aktor negara seperti Rusia dan non-negara seperti kelompok teroris atau peretas siber.
Perkembangan Teknologi Militer di Berbagai Matra
1. Angkatan Darat: Modernisasi Kendaraan Lapis Baja dan Drone
Angkatan Darat Denmark (Hæren) telah melakukan modernisasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam hal kendaraan lapis baja dan sistem senjata berbasis teknologi. Salah satu program unggulan adalah pengadaan dan peningkatan kendaraan tempur infanteri (IFV) CV90, yang diproduksi oleh BAE Systems Hägglunds. Pada 2025, Denmark mengumumkan rencana untuk mengakuisisi hingga 115 unit CV9035 MkIIIC, yang merupakan versi upgrade dari CV9035DK yang telah dioperasikan sejak 2007. Kendaraan ini dilengkapi dengan sistem elektronik canggih, termasuk sensor termal, sistem manajemen pertempuran (battle management system), dan kemampuan untuk mengintegrasikan rudal anti-tank. Pengujian CV9035 MkIIIC dilakukan di kondisi musim dingin di Swedia Utara, menunjukkan kemampuan operasionalnya di lingkungan ekstর
System: ekstrem.
Selain itu, Denmark telah meningkatkan penggunaan drone untuk keperluan pengintaian dan operasi tempur. Sejak awal 2000-an, Angkatan Darat Denmark telah menggunakan drone seperti Tårnfalken, Raven, dan Puma untuk misi pengawasan dan pengintaian. Pada 2025, Forsvaret mengumumkan pengadaan drone tempur baru untuk meningkatkan kemampuan operasional Hæren, yang mencakup drone dengan kemampuan membawa muatan ringan untuk serangan presisi. Pengembangan ini sejalan dengan tren global menuju penggunaan sistem otonom dalam operasi militer, yang meningkatkan kesadaran situasional dan efisiensi operasional.
Program modernisasi lainnya termasuk penggantian kendaraan lapis baja Piranha III dengan Piranha V, yang memiliki perlindungan lebih baik dan sistem elektronik yang lebih canggih. Piranha V telah digunakan dalam operasi internasional, termasuk misi di Irak dan Afghanistan, dan dirancang untuk mendukung mobilitas tinggi dan perlindungan terhadap ancaman seperti ranjau darat. Investasi sebesar 4,7 miliar DKK (sekitar 630 juta EUR) pada 2025 juga dialokasikan untuk pengembangan brigade infanteri berat, termasuk dua kompi infanteri lapis baja, satu kompi insinyur mekanis, dan truk segala medan untuk mendukung logistik.
2. Angkatan Laut: Kapal Perang dan Rudal Modern
Angkatan Laut Denmark (Søværnet) berfokus pada pengamanan wilayah maritimnya, termasuk perairan Greenland dan Kepulauan Faroe. Salah satu kemajuan teknologi utama adalah pengadaan rudal serangan angkatan laut (Naval Strike Missile/NSM) dari Kongsberg Gruppen, Norwegia. Pada Oktober 2021, Badan Materiel Pertahanan Denmark (FMA) menandatangani kontrak untuk NSM dan perpanjangan umur inventaris yang ada, yang digunakan untuk kapal fregat kelas Absalon dan Iver Huitfeldt. Rudal ini memiliki jangkauan lebih dari 185 km dan kemampuan serangan presisi, menjadikannya aset penting untuk pertahanan maritim.
Selain itu, Denmark telah mengembangkan kapal patroli kelas Knud Rasmussen yang dirancang khusus untuk operasi di wilayah Arktik. Kapal ini dilengkapi dengan sistem navigasi dan komunikasi canggih untuk beroperasi di kondisi lingkungan yang keras, seperti es dan kabut tebal. Modernisasi armada laut juga mencakup peningkatan sistem radar dan sensor untuk mendeteksi ancaman seperti kapal selam dan drone laut, yang semakin relevan di tengah ketegangan di Laut Baltik dan Arktik.
3. Angkatan Udara: Jet Tempur F-35 dan Drone
Angkatan Udara Denmark (Flyvevåbnet) telah melakukan investasi besar dalam modernisasi armada udaranya, terutama dengan akuisisi 27 jet tempur Lockheed Martin F-35A Lightning II, yang dijadwalkan akan sepenuhnya operasional pada 2027. F-35 adalah pesawat tempur generasi kelima dengan teknologi siluman, radar AESA (Active Electronically Scanned Array), dan kemampuan untuk mengintegrasikan rudal canggih seperti Joint Strike Missile (JSM), yang dipesan pada Oktober 2021. Pesawat ini memungkinkan Denmark untuk melakukan misi serangan presisi, pengintaian, dan pertahanan udara dengan efektivitas tinggi. Proyeksi pada 2025 menunjukkan bahwa armada F-35 Denmark akan setara dengan angkatan udara negara-negara besar seperti Korea Selatan dalam hal kecanggihan teknologi, dengan anggaran pertahanan yang diperkirakan mencapai 5% dari PDB untuk pengembangan dan 3,5% untuk pemeliharaan.
Selain itu, Flyvevåbnet juga mengembangkan kemampuan drone, termasuk drone pengintaian dan tempur, untuk mendukung operasi NATO dan misi di Arktik. Penggunaan drone ini meningkatkan kemampuan pengawasan jarak jauh dan mengurangi risiko bagi personel militer.
4. Pertahanan Siber dan Teknologi Informasi
Dalam menghadapi ancaman siber yang semakin meningkat, Denmark telah mengembangkan kemampuan pertahanan siber melalui Forsvarets Efterretningstjeneste (Dinas Intelijen Pertahanan). Fokus utama adalah melindungi infrastruktur kritis, seperti jaringan listrik dan sistem komunikasi militer, dari serangan siber. Menurut laporan Pentagon, serangan siber terhadap infrastruktur dianggap sebagai tindakan perang, yang mendorong Denmark untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dalam analisis data intelijen dan sistem pertahanan siber.
Denmark juga telah mengadopsi teknologi komunikasi kuantum untuk meningkatkan keamanan data militer, yang dianggap tidak dapat diretas oleh pihak ketiga. Selain itu, sistem informasi pertahanan Denmark (Sisfohanneg) mengintegrasikan data internal dan eksternal untuk mendukung pengambilan keputusan strategis, dengan prioritas pada keamanan data, jaringan komunikasi, dan pelatihan sumber daya manusia dalam teknologi informasi.
5. Pertahanan Udara Darat
Denmark telah mempercepat pengembangan sistem pertahanan udara berbasis darat, termasuk pengadaan sistem baru untuk melawan ancaman rudal dan drone. Pada 2025, pemerintah mengumumkan pembentukan kekuatan mobilisasi dengan mantan wajib militer dan mempercepat wajib militer yang diperpanjang untuk mendukung kebutuhan personel dalam mengoperasikan teknologi canggih ini. Sistem pertahanan udara ini mencakup radar canggih dan rudal permukaan-ke-udara untuk melindungi wilayah udara Denmark dari ancaman seperti rudal hipersonik.
Tantangan dalam Modernisasi Teknologi Militer
Meskipun Denmark telah membuat kemajuan signifikan, modernisasi teknologi militer menghadapi beberapa tantangan:
-
Keterbatasan Anggaran: Meskipun anggaran pertahanan meningkat, Denmark masih menghadapi keterbatasan dibandingkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat atau Rusia. Investasi besar diperlukan untuk mengintegrasikan teknologi baru dengan sistem lama yang sering kali tidak kompatibel.
-
Kapasitas Industri Pertahanan: Menurut beberapa sumber, industri pertahanan Eropa, termasuk Denmark, menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan pengiriman cepat untuk peralatan militer. Hal ini menyebabkan Denmark hanya dapat mengalokasikan 50 miliar DKK dari rencana awal 100 miliar DKK untuk pengadaan senjata.
-
Keterampilan Personel: Teknologi canggih seperti AI, drone, dan F-35 membutuhkan pelatihan intensif. Denmark telah berinvestasi dalam pelatihan personel, tetapi kekurangan tenaga terampil tetap menjadi tantangan.
-
Ancaman Hibrida: Ancaman siber dan hibrida, seperti propaganda dan serangan elektromagnetik, memerlukan pendekatan baru yang menggabungkan teknologi militer dan non-militer, yang meningkatkan kompleksitas strategi pertahanan.
Strategi dan Kerja Sama Internasional
Untuk mengatasi tantangan ini, Denmark telah mengambil beberapa langkah strategis:
-
Kerja Sama dengan NATO: Sebagai anggota NATO, Denmark bekerja sama dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Norwegia, dan Inggris untuk transfer teknologi dan pelatihan bersama. Misalnya, kerja sama dengan Norwegia untuk rudal NSM dan JSM.
-
Investasi dalam R&D: Denmark meningkatkan anggaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) teknologi militer, dengan fokus pada teknologi dual-use yang dapat digunakan untuk keperluan sipil dan militer, seperti AI dan komunikasi kuantum.
-
Standarisasi Teknologi: Denmark berupaya menciptakan standar interoperabilitas untuk mengintegrasikan sistem lama dan baru, memastikan efisiensi operasional.
-
Fokus pada Arktik: Dengan meningkatnya ketegangan di Arktik, Denmark memprioritaskan pengembangan teknologi untuk operasi di lingkungan ekstrem, seperti kapal patroli dan drone khusus Arktik.
Dampak dan Prospek Masa Depan
Perkembangan teknologi militer Denmark telah meningkatkan kemampuan Forsvaret untuk menghadapi ancaman modern, mulai dari konflik konvensional hingga ancaman siber dan hibrida. Investasi dalam F-35, CV90, dan rudal canggih menempatkan Denmark sebagai salah satu angkatan bersenjata paling modern di Eropa Utara, dengan proyeksi kekuatan militer pada 2035 setara dengan negara-negara besar seperti Korea Selatan.
Namun, modernisasi ini juga memiliki dampak negatif potensial, seperti risiko eskalasi ketegangan geopolitik di Baltik dan Arktik, serta biaya lingkungan dari produksi alutsista. Denmark berupaya menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan tujuan keberlanjutan, seperti penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam operasi militer.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi militer Denmark pada abad ke-21 mencerminkan komitmen negara ini untuk tetap relevan dalam lanskap keamanan global yang terus berubah. Dengan investasi dalam kendaraan lapis baja, jet tempur F-35, rudal canggih, drone, dan teknologi siber, Denmark telah berhasil membangun angkatan bersenjata yang modern dan efisien. Meskipun menghadapi tantangan seperti keterbatasan anggaran dan kebutuhan pelatihan, strategi kerja sama internasional dan fokus pada teknologi dual-use menunjukkan pendekatan yang seimbang dan berwawasan ke depan. Dengan posisi strategisnya di Eropa Utara dan tanggung jawab di Arktik, Denmark terus memperkuat peranannya sebagai aktor penting dalam pertahanan regional dan global, siap menghadapi ancaman masa kini dan masa depan.
BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Negara Palau: Petualangan di Surga Pasifik
BACA JUGA: Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Negara Palau: Keberlanjutan di Kepulauan Pasifik
BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya