
biztelegraph.com, 28 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Denmark, sebagai salah satu negara Nordik dengan sejarah militer yang panjang, telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam teknologi militer sejak era Viking hingga era modern. Meskipun Denmark adalah negara kecil dengan populasi sekitar 5,9 juta jiwa (pada 2025), angkatan bersenjatanya, yang dikenal sebagai Forsvaret (Pertahanan Denmark), telah memainkan peran penting dalam menjaga keamanan nasional dan berkontribusi pada misi internasional. Artikel ini akan menguraikan perkembangan teknologi militer Denmark dari masa lalu hingga saat ini, dengan fokus pada inovasi di bidang angkatan darat, laut, udara, dan teknologi canggih seperti drone dan sistem pertahanan siber, sambil mempertimbangkan konteks geopolitik dan kebutuhan strategis Denmark.
Latar Belakang Sejarah Militer Denmark
Sejarah militer Denmark dapat ditelusuri kembali ke era Viking (abad ke-8 hingga ke-11), ketika kapal-kapal panjang (longship) menjadi simbol inovasi teknologi maritim. Kapal-kapal ini, yang dirancang untuk kecepatan dan ketahanan di laut lepas, memungkinkan Viking Denmark melakukan ekspedisi militer hingga ke Inggris, Prancis, dan bahkan Mediterania. Teknologi pembuatan kapal ini mencerminkan keahlian maritim awal yang menjadi cikal bakal Angkatan Laut Kerajaan Denmark (Søværnet).
Pada abad ke-16, Denmark mendirikan angkatan bersenjata tetap pada tahun 1510, yang menjadi cikal bakal Forsvaret modern. Selama periode ini, Denmark terlibat dalam berbagai konflik, termasuk Perang Tiga Puluh Tahun (1618–1648), Perang Nordik Besar (1700–1721), dan Perang Napoleon (1803–1815), yang mendorong pengembangan teknologi militer seperti artileri dan kapal perang bertenaga layar. Namun, hingga abad ke-19, teknologi militer Denmark sebagian besar bergantung pada impor dan adaptasi dari kekuatan besar Eropa seperti Inggris dan Prancis.
Setelah kekalahan pada Perang Schleswig Kedua (1864) melawan Prusia dan Austria, Denmark menyadari pentingnya modernisasi militer. Kekalahan ini memicu reformasi militer dan investasi dalam teknologi pertahanan, meskipun Denmark memilih netralitas selama Perang Dunia I (1914–1918). Namun, invasi Jerman pada tahun 1940 menunjukkan keterbatasan militer Denmark saat itu, yang memiliki sumber daya terbatas dan teknologi yang kurang maju dibandingkan kekuatan besar. Pengalaman ini menjadi titik balik bagi Denmark untuk memperkuat kemampuan militernya di era pasca-Perang Dunia II.
Perkembangan Teknologi Militer pada Abad ke-20
1. Era Perang Dingin (1945–1991)
Setelah Perang Dunia II, Denmark bergabung dengan NATO pada tahun 1949, meninggalkan kebijakan netralitasnya akibat meningkatnya ketegangan Perang Dingin dan Krisis Paskah 1948. Bergabungnya Denmark dengan NATO mendorong modernisasi angkatan bersenjatanya, termasuk adopsi teknologi militer canggih dari sekutu Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris. Selama periode ini, Denmark mulai membangun kembali angkatan darat, laut, dan udara dengan fokus pada pertahanan wilayah dan kontribusi terhadap misi NATO.
Angkatan Darat 
Angkatan Darat Kerajaan Denmark (Hæren) mulai mengadopsi kendaraan lapis baja modern, seperti tank Centurion buatan Inggris pada 1950-an. Selain itu, Denmark mengembangkan kemampuan artileri dengan mengadopsi sistem seperti haubits M101 105mm dari Amerika Serikat. Namun, karena keterbatasan anggaran dan industri militer domestik yang kecil, Denmark lebih mengandalkan impor peralatan daripada pengembangan teknologi sendiri.
Angkatan Laut 
Angkatan Laut Kerajaan Denmark (Søværnet) fokus pada pertahanan maritim di Laut Baltik dan Laut Utara, yang merupakan jalur strategis selama Perang Dingin. Pada 1960-an, Denmark mulai memperkenalkan kapal-kapal modern seperti fregat kelas Peder Skram dan korvet kelas Niels Juel, yang dilengkapi dengan rudal anti-kapal seperti Harpoon. Kapal-kapal ini menandai transisi dari kapal bertenaga layar dan uap menuju kapal perang modern dengan sistem elektronik dan persenjataan canggih.
Angkatan Udara 
Angkatan Udara Kerajaan Denmark (Flyvevåbnet) mengalami modernisasi signifikan dengan pengadaan jet tempur seperti F-100 Super Sabre dan kemudian F-16 Fighting Falcon dari Amerika Serikat pada 1970-an dan 1980-an. Jet-jet ini dilengkapi dengan radar dan sistem avionik canggih, yang meningkatkan kemampuan pertahanan udara Denmark. Selain itu, Denmark mulai mengembangkan infrastruktur radar untuk mendeteksi ancaman dari Uni Soviet dan sekutunya di Pakta Warsawa.
2. Pasca-Perang Dingin (1991–2000)
Setelah Perang Dingin berakhir, Denmark mengadopsi kebijakan luar negeri yang lebih aktif, termasuk partisipasi dalam misi penjaga perdamaian PBB seperti UNPROFOR di Bosnia dan misi NATO di Afghanistan. Hal ini mendorong investasi dalam teknologi militer yang mendukung operasi ekspedisi, seperti kendaraan lapis baja ringan dan sistem komunikasi canggih.
Salah satu inovasi penting pada periode ini adalah pengenalan kendaraan lapis baja Piranha III oleh Angkatan Darat Denmark. Kendaraan ini, yang diproduksi oleh Mowag (sekarang bagian dari General Dynamics), digunakan secara ekstensif di Irak dan Afghanistan, menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan dalam operasi ekspedisi.
Perkembangan Teknologi Militer pada Abad ke-21
Pada abad ke-21, Denmark terus memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan fokus pada interoperabilitas dengan NATO, keberlanjutan, dan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), drone, dan pertahanan siber. Keterbatasan industri militer domestik membuat Denmark bergantung pada impor dari negara-negara NATO dan Nordik lainnya, tetapi Forsvaret telah menunjukkan kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi ini secara efektif.
1. Angkatan Darat: Modernisasi Kendaraan Lapis Baja 
Angkatan Darat Denmark telah melakukan investasi signifikan dalam modernisasi kendaraan lapis baja. Salah satu contoh utama adalah pengadaan Piranha V, yang menggantikan Piranha III pada 2010-an. Piranha V dilengkapi dengan sistem perlindungan aktif, sensor canggih, dan kemampuan komunikasi digital, yang meningkatkan kesadaran situasional dan daya tahan di medan perang.
Pada tahun 2025, Denmark mengumumkan rencana untuk mempercepat pengembangan brigade infanteri berat dengan investasi sebesar 4,7 miliar DKK (sekitar 630 juta EUR). Investasi ini mencakup dua kompi infanteri lapis baja, satu kompi teknik mekanis, truk segala medan, dan unit logistik berbasis kontainer. Selain itu, Denmark sedang menguji CV9035MKIIIC, kendaraan tempur infanteri (IFV) yang dikembangkan oleh BAE Systems Hägglunds. Kendaraan ini dilengkapi dengan sistem senjata canggih dan telah diuji dalam kondisi musim dingin di Swedia Utara, menunjukkan kemampuan operasional di lingkungan ekstrem.
Pada Mei 2025, Angkatan Darat Denmark juga menguji sistem artileri canggih di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk meningkatkan presisi dan jangkauan tembak. Tes ini menandakan upaya Denmark untuk memperkuat kemampuan artileri jarak jauh, yang penting untuk pertahanan wilayah dan operasi NATO.
2. Angkatan Laut: Fregat dan Sistem Rudal 
Angkatan Laut Kerajaan Denmark memiliki armada yang terdiri dari sekitar 20 kapal aktif, termasuk fregat kelas Iver Huitfeldt dan Absalon, yang dikenal sebagai kapal perang serbaguna dengan kemampuan anti-kapal, anti-udara, dan anti-kapal selam. Fregat kelas Iver Huitfeldt dilengkapi dengan sistem radar APAR (Active Phased Array Radar) dan rudal Standard Missile-2 (SM-2) untuk pertahanan udara. Pada Mei 2025, Denmark mengumumkan rencana untuk meningkatkan pertahanan udara fregatnya dengan rudal Evolved SeaSparrow Missile (ESSM), yang menawarkan presisi tinggi dan kemampuan menghadapi ancaman udara modern.
Selain itu, Denmark telah mengembangkan kapal patroli kelas Knud Rasmussen untuk operasi di wilayah Arktik, seperti Greenland. Kapal ini dilengkapi dengan teknologi navigasi canggih dan sistem komunikasi satelit untuk beroperasi di lingkungan ekstrem. Pada 2025, Denmark mengumumkan investasi hampir 2 miliar EUR untuk meningkatkan kehadiran militer di Greenland sebagai respons terhadap ketegangan geopolitik di Arktik, termasuk klaim AS terhadap wilayah tersebut.
3. Angkatan Udara: Jet Tempur dan Drone 
Angkatan Udara Kerajaan Denmark telah beralih dari jet F-16 ke F-35A Lightning II, jet tempur siluman generasi kelima buatan Lockheed Martin. Pada Mei 2025, F-35A Denmark mendemonstrasikan kemampuan pengiriman data rahasia jarak jauh menggunakan sistem DAGGR-2 (Data Acquisition and Ground Gateway Receiver), yang memungkinkan komunikasi aman dan real-time antara jet dan pusat komando. Sistem ini meningkatkan interoperabilitas dengan sekutu NATO dan memberikan keunggulan taktis dalam operasi udara.
Selain itu, Denmark mulai mengintegrasikan drone militer (Unmanned Aerial Vehicles/UAV) untuk misi pengintaian dan pengawasan. Meskipun Denmark belum mengembangkan drone sendiri, Forsvaret menggunakan UAV yang diimpor dari sekutu NATO, seperti RQ-21 Blackjack untuk misi pengintaian maritim di Greenland dan Laut Baltik. Pengembangan teknologi drone di Denmark masih dalam tahap awal, tetapi ada rencana untuk mengintegrasikan AI dalam sistem UAV untuk meningkatkan otonomi dan presisi.
4. Teknologi Siber dan Kecerdasan Buatan
Dengan meningkatnya ancaman siber, Denmark telah berinvestasi dalam pertahanan siber untuk melindungi infrastruktur militer dan sipil. Kementerian Pertahanan Denmark bekerja sama dengan NATO untuk mengembangkan sistem keamanan data canggih, termasuk perlindungan terhadap serangan siber dan peretasan. Pada 2012, Denmark mulai membangun Sisfohanneg (Sistem Informasi Pertahanan Negara), yang mengintegrasikan data internal dan eksternal untuk mendukung pengambilan keputusan strategis. Sistem ini mencakup jaringan komunikasi data, aplikasi keamanan, dan pelatihan SDM di bidang teknologi informasi.
Kecerdasan buatan (AI) juga menjadi fokus pengembangan. AI digunakan untuk analisis data intelijen, simulasi ancaman, dan pengembangan sistem senjata otonom. Misalnya, Denmark sedang menjajaki penggunaan AI dalam drone militer untuk pengenalan gambar dan analisis pola serangan, yang dapat meningkatkan efisiensi operasi tanpa mengorbankan nyawa prajurit.
5. Investasi dan Modernisasi Terkini
Pada Februari 2025, Denmark mengumumkan dana sebesar 50 miliar DKK (sekitar 7 miliar USD) untuk mempercepat modernisasi militernya, meskipun pemerintah awalnya berencana mengalokasikan 100 miliar DKK. Keterbatasan industri pertahanan Eropa dalam memenuhi permintaan menjadi tantangan, tetapi Denmark tetap berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan tempur dan logistiknya.
Investasi ini mencakup pengadaan senjata canggih, seperti rudal presisi dan sistem artileri jarak jauh, serta peningkatan infrastruktur di Greenland untuk menghadapi ancaman di Arktik. Selain itu, Denmark terus berpartisipasi dalam pengembangan teknologi bersama NATO, seperti proyek Autonomous Warrior untuk robot tempur otonom dan Robotic Combat Vehicle (RCV), yang bertujuan meningkatkan otonomi di medan perang.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meskipun Denmark telah membuat kemajuan signifikan dalam teknologi militer, ada beberapa tantangan yang dihadapi:
-
Keterbatasan Industri Domestik: Denmark memiliki industri militer yang kecil, sehingga bergantung pada impor dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Swedia. Hal ini membatasi kemampuan Denmark untuk mengembangkan teknologi militer asli.
-
Anggaran Pertahanan: Menurut metode perhitungan Denmark, anggaran pertahanan pada 2024 adalah 36,16 miliar DKK, tetapi menurut metode NATO, angkanya mencapai 68,67 miliar DKK. Perbedaan ini menunjukkan tantangan dalam mengalokasikan sumber daya untuk modernisasi sambil memenuhi komitmen NATO.
-
Ancaman Siber dan Hibrida: Dengan meningkatnya ancaman siber dan perang hibrida, Denmark harus terus berinvestasi dalam keamanan siber dan teknologi AI untuk menghadapi ancaman non-konvensional.
Ke depan, Denmark diperkirakan akan terus fokus pada teknologi yang mendukung operasi berkelanjutan dan ramah lingkungan, sejalan dengan tujuan emisi nol bersih. Investasi dalam elektrifikasi kendaraan militer, seperti penggunaan tenaga listrik dan bahan bakar hidrogen, serta pengembangan teknologi wearable dengan sensor biometrik, akan meningkatkan kesiapan tempur dan kesadaran situasional prajurit.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi militer Denmark mencerminkan transformasi dari keahlian maritim era Viking hingga angkatan bersenjata modern yang terintegrasi dengan NATO. Dari kapal panjang Viking hingga jet tempur F-35A dan fregat kelas Iver Huitfeldt, Denmark telah menunjukkan kemampuan untuk mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi canggih meskipun memiliki keterbatasan industri domestik. Investasi terkini dalam kendaraan lapis baja, rudal presisi, drone, dan pertahanan siber menunjukkan komitmen Denmark untuk memperkuat pertahanan nasional dan berkontribusi pada keamanan global. Dengan tantangan seperti ancaman siber dan ketegangan di Arktik, Denmark terus beradaptasi dengan mengembangkan teknologi yang relevan dengan kebutuhan strategis abad ke-21. Pemahaman akan sejarah dan perkembangan ini memberikan wawasan tentang bagaimana negara kecil dapat memainkan peran besar dalam lanskap militer global.
BACA JUGA: Detail Planet Mars: Karakteristik, Struktur, dan Misteri Terkecil di Tata Surya
BACA JUGA: Cerita Rakyat Tiongkok: Warisan Budaya, Makna, dan Pengaruhnya
BACA JUGA: Perbedaan Perkembangan Media Sosial Tahun 2020-2025: Analisis Lengkap Secara Mendalam