Tahukah kamu kalau TNI AL Prajurit Kuasai AI Teknologi Militer Digital Laut 2025 bukan lagi wacana, tapi fakta nyata? Indonesia resmi memperkenalkan kapal selam otonom bertenaga kecerdasan buatan yang dikembangkan sebagai bagian dari Program Modernisasi Pertahanan 2025-2035. Di tengah persaingan teknologi militer global, Indonesia menunjukkan gigi dengan inovasi yang bikin takjub.
Data terbaru menunjukkan bahwa kekuatan militer Indonesia menempati peringkat ke-13 dari 145 negara menurut Global Firepower 2025, dengan TNI AL memiliki sekitar 66.034 personel. Tapi yang bikin makin keren, prajurit TNI AL sekarang nggak cuma jago perang konvensional—mereka juga menguasai teknologi AI yang canggih banget!
Daftar Isi: 6 Fakta Terbaru TNI AL & AI 2025
- Kapal Selam Otonom KSOT: Game Changer Pertahanan Laut Indonesia
- Prajurit TNI AL Belajar AI di Program Sailing Camp 2025
- Kemenhan Berhati-hati Adopsi AI: Presisi vs Keamanan
- Target 30 Unit Kapal Selam AI untuk Choke Points Strategis
- Integrasi AI dengan Sistem Pertahanan Siber TNI
- Pelatihan AI untuk Prajurit: Dari Teori ke Praktik
1. Kapal Selam Otonom KSOT: Game Changer Pertahanan Laut Indonesia

Kapal selam otonom bernama “Nusantara-01 AUV” (Autonomous Underwater Vehicle) memiliki kemampuan navigasi, pengintaian, dan pengambilan keputusan secara mandiri tanpa operator manusia di dalamnya. Teknologi ini hasil kolaborasi Kementerian Pertahanan, PT PAL Indonesia, dan BRIN yang bikin Indonesia sejajar dengan negara-negara maju seperti AS, Inggris, dan China.
Yang lebih wow lagi, PT PAL Indonesia sukses uji coba peluncuran torpedo pada prototipe Kapal Selam Otonom Tanpa Awak (KSOT) di Surabaya. Prototipe ini punya spek gila: panjang 15 meter, mampu melaju hingga 20 knot, dan beroperasi di kedalaman laut hingga 350 meter. KSOT dilengkapi dengan AI yang bisa memproses data sonar, radar bawah laut, dan visual kamera optik secara real-time.
Contoh nyata implementasinya? KSOT mampu beroperasi selama 72 jam di bawah permukaan laut dan dikendalikan dari jarak jauh melalui frekuensi radio atau satelit hingga sejauh 320 kilometer. Ini artinya prajurit TNI AL bisa mengawasi perairan Indonesia 24/7 tanpa risiko kehilangan nyawa.
Fakta Menarik: KSOT dapat beroperasi hingga 30 hari tanpa awak dengan jangkauan hingga 3.000 kilometer di bawah permukaan laut, didukung baterai lithium hybrid dan modul energi laut yang ramah lingkungan.
Baca lebih lanjut tentang teknologi pertahanan maritim di biztelegraph.com
2. Prajurit TNI AL Belajar AI di Program Sailing Camp 2025

Kabar baik buat generasi muda yang tertarik bergabung dengan TNI AL! TNI AL menggelar Sailing Camp 2025 dari 6 hingga 10 November, di mana mahasiswa mendapat pembelajaran tentang teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Program ini bukan sekadar berlayar biasa—peserta diajak memahami bagaimana AI diintegrasikan dalam operasi militer modern.
Komandan Pusat Teritorial Angkatan Laut menekankan bahwa kegiatan ini menjadi media untuk menemukan rasa cinta kepada maritim sekaligus memperkuat literasi digital generasi muda. Prajurit TNI AL yang sudah aktif juga mendapat pelatihan intensif AI.
Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmada I melaksanakan pembelajaran Artificial Intelligence (AI) bagi personelnya, menandakan bahwa pelatihan AI bukan hanya untuk perwira tinggi, tapi sampai ke level operasional di lapangan.
“Prajurit TNI AL masa kini harus paham AI untuk menghadapi ancaman cyber warfare dan perang modern.” – Analisis Pertahanan 2025
Data Rekrutmen 2025: Data pendaftaran Calon Tamtama TNI AD tahun 2025 mencapai 107.365 orang dengan jumlah calon tervalidasi sebanyak 38.835 orang, menunjukkan tingginya minat generasi muda bergabung dengan TNI.
3. Kemenhan Berhati-hati Adopsi AI: Presisi vs Keamanan

Meskipun optimis mengembangkan teknologi AI, Kementerian Pertahanan Indonesia tetap berhati-hati. Kemenhan melihat teknologi AI belum sepenuhnya dapat diandalkan dalam menjalankan misi pertahanan, terutama dalam penentuan target serangan yang kurang presisi.
Brigadir Jenderal TNI Frega Wenas Inkiriwang menjelaskan bahwa pengadaan AI untuk alutsista TNI akan melalui kajian mendalam. Kekhawatiran utamanya adalah akurasi targeting—dalam beberapa konflik global, sistem AI terbukti masih bisa salah sasaran.
Namun, optimisme tetap tinggi. TNI Angkatan Udara akan mengembangkan teknologi pertahanan berbasis kecerdasan buatan pada tahun 2025, dengan teknologi siber dan AI untuk pertahanan udara yang akan terpenuhi berdasarkan evaluasi 2024.
Pendekatan Bertahap: Pemerintah mengalokasikan anggaran secara bertahap untuk memastikan teknologi AI yang diadopsi benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan standar keamanan Indonesia. Pagu anggaran Kementerian Pertahanan pada 2025 mencapai Rp165 triliun, dengan porsi signifikan untuk pengembangan teknologi.
4. Target 30 Unit Kapal Selam AI untuk Choke Points Strategis

Indonesia punya rencana ambisius: Kementerian Pertahanan akan melaporkan kepada Presiden bahwa Indonesia memerlukan 30 unit kapal selam otonom untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Kenapa 30 unit? Karena Indonesia punya wilayah maritim seluas 6,4 juta km² yang harus dijaga!
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Tunggul, menegaskan bahwa kehadiran KSOT membuat Indonesia menjadi salah satu negara pionir di kawasan Asia yang memiliki dan mengoperasikan kapal selam otonom.
Strategi Penempatan: Meskipun lokasi detail choke points belum diumumkan, pengadaan KSOT ini diproyeksikan untuk menjaga jalur-jalur strategis seperti Selat Malaka, Laut China Selatan, dan perairan perbatasan Indonesia. AI pada KSOT memungkinkan patroli 24 jam tanpa jeda dan tanpa risiko terhadap nyawa prajurit.
PT PAL Indonesia menargetkan produksi massal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang terus ditingkatkan. Ini bukan cuma soal pertahanan, tapi juga kemandirian industri nasional!
Keunggulan Teknis:
- Navigasi otonom menggunakan machine learning
- Smart Sonar Detection dengan akurasi 96%
- Real-time data transmission ke pusat komando
- Kemampuan menghindari rintangan secara mandiri
5. Integrasi AI dengan Sistem Pertahanan Siber TNI

Ancaman modern bukan cuma datang dari laut—cyber warfare jadi ancaman nyata. Panglima TNI menekankan bahwa perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh signifikan terhadap terjadinya perang siber (cyber warfare). Perang siber menggunakan keunggulan teknologi informasi sebagai senjata yang bisa mengancam integritas negara.
TNI sudah merespons dengan serius. Panglima TNI bahkan merekrut peretas atau hacker untuk memperkuat satuan siber TNI. Integrasi AI dalam sistem pertahanan siber memungkinkan deteksi dini serangan, respons otomatis terhadap ancaman, dan analisis pola serangan secara real-time.
AI berperan besar dalam meningkatkan keamanan, efisiensi operasional, hingga diplomasi digital dalam sistem pertahanan semesta yang melibatkan TNI, Polri, komponen cadangan, dan komponen pendukung.
Implementasi Konkret:
- Sistem pertahanan berbasis satelit untuk komunikasi dan pemantauan wilayah udara dan maritim
- Pemanfaatan Internet of Things (IoT), big data untuk pengumpulan intelijen
- Pengembangan drone dan robotika untuk operasi militer dan pengawasan perbatasan
Fun Fact: Revolusi Industri 4.0 dan society 5.0 yang ditandai dengan meluasnya IoT, virtual/augmented reality, dan AI telah mengubah cara TNI beroperasi di lapangan.
6. Pelatihan AI untuk Prajurit: Dari Teori ke Praktik
Bukan cuma perwira tinggi, prajurit di level operasional juga mendapat pelatihan AI intensif. Pelatihan AI untuk dosen dan tenaga pendidik Akademi Angkatan Udara dilaksanakan selama lima hari mulai 5 hingga 9 Mei 2025 dan diikuti oleh 21 peserta, menandakan keseriusan TNI dalam membangun kapasitas SDM.
Program pelatihan tidak hanya fokus pada teori, tapi juga aplikasi praktis. Prajurit dilatih mengoperasikan sistem AI, memahami algoritma machine learning, dan mengintegrasikan AI dengan sistem senjata konvensional.
Penguasaan teknologi Artificial Intelligence (AI) oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya Angkatan Udara merupakan sebuah keharusan, karena perang modern akan sangat bergantung pada teknologi-teknologi maju yang berjalan berdampingan dengan Internet-of-Things (IoT), Cyber-Physical Systems (CPS), dan Big Data.
Kurikulum Pelatihan AI TNI:
- Dasar-dasar kecerdasan buatan dan machine learning
- Aplikasi AI dalam sistem navigasi dan targeting
- Keamanan siber dan deteksi ancaman berbasis AI
- Operasi dan maintenance sistem otonom
- Etika penggunaan AI dalam operasi militer
Prospek Karir: Dengan penguasaan AI, prajurit TNI AL tidak hanya jadi warrior tradisional, tapi juga tech-savvy soldier yang siap menghadapi tantangan abad 21. Gaji prajurit TNI AL untuk Kelasi Dua berkisar Rp 1.775.000-Rp 2.741.300, belum termasuk berbagai tunjangan seperti tunjangan kinerja dan tunjangan operasi.
Baca Juga Mengungkap Jejak Para Inovator Hebat di Dunia
Masa Depan Pertahanan Laut Indonesia
TNI AL Prajurit Kuasai AI Teknologi Militer Digital Laut 2025 bukan sekadar headline—ini adalah realitas yang sedang terjadi. Dari kapal selam otonom KSOT hingga program pelatihan AI intensif, Indonesia menunjukkan komitmen serius dalam modernisasi pertahanan.
Dengan total personel aktif sekitar 400 ribu, militer Indonesia menjadi salah satu kekuatan yang disegani di kawasan Asia Tenggara. Dan dengan integrasi AI, kekuatan ini akan semakin formidable.
Buat kamu yang tertarik bergabung dengan TNI AL, ini waktu yang tepat! Era digital membutuhkan prajurit yang nggak cuma jago fisik, tapi juga melek teknologi. Peluang untuk berkontribusi dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia sambil menguasai teknologi terdepan terbuka lebar.
Pertanyaan untuk Kamu: Dari 6 poin di atas, mana yang paling bikin kamu tertarik bergabung dengan TNI AL? Atau ada pertanyaan lain tentang teknologi AI di militer Indonesia? Share di kolom komentar!
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini berdasarkan data publik dan sumber terpercaya per Desember 2025. Untuk informasi rekrutmen terbaru, kunjungi situs resmi TNI AL di al.rekrutmen-tni.mil.id.